Mengulik Sejarah Betawi, Suku Asli Jakarta sejak Zaman Kolonial Belanda
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kota Jakarta identik dengan Betawi, yang merupakan suku asli di Ibu Kota. Orang Betawi banyak bermukim di Jakarta serta daerah-daerah penyangganya seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Dikutip dari buku ‘Masyarakat dan Budaya’, sejak zaman kolonial Belanda, orang Betawi sudah ada di wilayah Jayakarta dan Sunda Kelapa yang kini diubah menjadi Jakarta. Sejak itu tempat tinggal orang Betawi tidak pernah berpindah-pindah.
Persebaran suku Betawi yang cukup masif di beberapa wilayah menjadikannya memiliki banyak kebiasaan dan adat istiadat.
Dikutip dari pelbagai sumber Litbang MNC Portal Indonesia (MPI), suku Betawi mulai terbentuk pada abad ke-17 dan merupakan hasil akulturasi dari beberapa suku seperti Sumatera, Bali, Arab, China, hingga Portugis. Dikarenakan berasal dari berbagai latar belakang, penduduk ini mulai mencari identitas kelompok agar terbentuk masyarakat yang homogen dengan sendirinya.
Nama Betawi pun muncul, dan merupakan pemberian dari Belanda. Usut punya usut, Betawi diambil dari nama Jakarta pada masa itu, yakni Batavia. Julukan kaum Betawi juga mulai populer pada 1918 saat Mohammad Husni Thamrin membentuk ‘Kaum Betawi’.
Sejarah lain yang diungkap situs resmi Setu Babakan, bahwa orang Betawi selanjutnya mulai mencari tempat tinggal layak. Mulanya, mereka memutuskan untuk menghuni kawasan pesisir. Kemudian bergerak lagi ke tengah hingga pinggir kota.
Pada masa itu, banyak sebutan untuk orang Betawi, seperti orang ‘Betawi Kota’, diperuntukkan bagi mereka yang menghuni kawasan Kota Jakarta seperti Tanah Abang dan Jatinegara. Ada pula sebutan orang ‘Betawi Ora’ yang diperuntukkan bagi orang Betawi penghuni daerah penyangga Jakarta.
Sementara itu, orang Betawi Kota menyebut kerabat mereka yang ada di daerah penyangga tersebut dengan julukan ‘Betawi Udik’. Selanjutnya juga dikenal dengan sebutan ‘Betawi Tengah', di mana mereka menetap di antara wilayah kota dengan wilayah pinggiran kota.
Hingga saat ini Betawi bukan sekadar suku. Akan tetapi menjadi salah satu ikon Jakarta dengan budaya khasnya, serta memiliki nilai sejarah yang panjang dan berharga bagi peradaban di Indonesia.
Dikutip dari buku ‘Masyarakat dan Budaya’, sejak zaman kolonial Belanda, orang Betawi sudah ada di wilayah Jayakarta dan Sunda Kelapa yang kini diubah menjadi Jakarta. Sejak itu tempat tinggal orang Betawi tidak pernah berpindah-pindah.
Persebaran suku Betawi yang cukup masif di beberapa wilayah menjadikannya memiliki banyak kebiasaan dan adat istiadat.
Dikutip dari pelbagai sumber Litbang MNC Portal Indonesia (MPI), suku Betawi mulai terbentuk pada abad ke-17 dan merupakan hasil akulturasi dari beberapa suku seperti Sumatera, Bali, Arab, China, hingga Portugis. Dikarenakan berasal dari berbagai latar belakang, penduduk ini mulai mencari identitas kelompok agar terbentuk masyarakat yang homogen dengan sendirinya.
Nama Betawi pun muncul, dan merupakan pemberian dari Belanda. Usut punya usut, Betawi diambil dari nama Jakarta pada masa itu, yakni Batavia. Julukan kaum Betawi juga mulai populer pada 1918 saat Mohammad Husni Thamrin membentuk ‘Kaum Betawi’.
Sejarah lain yang diungkap situs resmi Setu Babakan, bahwa orang Betawi selanjutnya mulai mencari tempat tinggal layak. Mulanya, mereka memutuskan untuk menghuni kawasan pesisir. Kemudian bergerak lagi ke tengah hingga pinggir kota.
Pada masa itu, banyak sebutan untuk orang Betawi, seperti orang ‘Betawi Kota’, diperuntukkan bagi mereka yang menghuni kawasan Kota Jakarta seperti Tanah Abang dan Jatinegara. Ada pula sebutan orang ‘Betawi Ora’ yang diperuntukkan bagi orang Betawi penghuni daerah penyangga Jakarta.
Sementara itu, orang Betawi Kota menyebut kerabat mereka yang ada di daerah penyangga tersebut dengan julukan ‘Betawi Udik’. Selanjutnya juga dikenal dengan sebutan ‘Betawi Tengah', di mana mereka menetap di antara wilayah kota dengan wilayah pinggiran kota.
Hingga saat ini Betawi bukan sekadar suku. Akan tetapi menjadi salah satu ikon Jakarta dengan budaya khasnya, serta memiliki nilai sejarah yang panjang dan berharga bagi peradaban di Indonesia.
(tsa)